bahasa melayu dan bahasa indonesia


MAKALAH
BAHASA MELAYU DAN BAHASA INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ISLAM DAN TAMADUN MELAYU









Disusun oleh kelompok : 9
·   Rosma Dianty
·   Sri Lestari

Mahasiswa PGMI/V/A


Sekolah Tinggi Agama Islam
Auliaurrasydin
Tembilahan
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa dimuka bumi ini yang sangat terbuka menerima unsur lokal (daerah yang dimasukinya) dan asing . Akan tetapi banyak ragam bahasa Melayu. Keterbukaan ini tidak saja mampu dan mau menyerap atau memungut kosa kata bahasa asing, tetapi bahasa Melayu mampu pula membentuk kosakata baru sebagai dampak pertemuan bahasa asing dan bahasa asli. Ini merupakan karakter bahasa Melayu yang sejak dulu telah membentuk diri dalam sejarah yang sangat panjang. Beberapa sumber menyatakan bahwa penyebutan pertama secara tertulis istilah bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M. kemudian bahasa Indonesia diturunkan/diambil dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai Lingua Franca yaitu bahasa pergaulan.  
Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan. Perjuangan demikian harus dilakukan dengan adanya kesadaran bahwa disamping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu cirri kultural, yang kedalam menunjukkan kesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Hingga saat ini,  orang menganggap bahwa bangsa Indonesia dikembangkan dari bahasa Melayu Riau. Istilah bahasa Melayu sendiri mengacu pada bahasa Melayu Riau, yaitu bahasa Melayu yang diajarkan disekolah-sekolah sebelum perang dunia II berkecamuk. Beberapa bahasa daerah juga memberikan sumbangan kepada bahasa Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain. Bahkan bahasa Indonesia juga mendapat sumbangan dari bahasa Barat.




BAB II
PEMBAHASAN
BAHASA MELAYU dan BAHASA INDONESIA
A.                BAHASA MELAYU
Bahasa Melayu adalah bahasa penduduk Semenanjung Malaka, kepulauan Riau Lingga, sebagian besar pesisir timur Sumatra dan juga sebagian pesisir barat Kalimantan.[1] Dan mampu mecakup sejumlah bahasa yang slaing bermiripan diwilayah nusantara dan beberapa tempat lain, sebagai bahasa yang luas pemakaian nya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia, dan Malaysia, serta diakui pula di Singapore dan menjadi bahasa kerja di Timur Leste ( sekatrang bahasa Indonesia)[2]
Dalam pembahasan yang historis mengenai bahasa Melayu ayatrohaedi menampilkan kapan kira-kira bahasa Melayu ada dan hadir dikawasan yang sekarang dikenal sebagai kawasan suku bangsa melayu.[3]
1.      Sejarah Bahasa Melayu
Bahasa Melayu termasuk kedalam bahasa Melayu Polinesia dibawah rumpun bahasa Autronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa didunia penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa ke ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu kedalam tiga tahap utama yaitu :
a.       Bahasa Melayu Kuno (abad ke7 sampai abad ke-14)
Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu kuno berasal dari abad ke-7 masehi dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya dibagian Selatan Sumatera dan Wangsa Syailendra dibeberapa tempat dijawa tengah, tulisan ini menggunakan aksara pallawa.
Bahasa Melayu kuno masih digunakan untuk prasasti dan batu nisan sampai abad ke-14. Batu nisan orang Islam ditemukan pada masa kerajaan Perlak, dengan adanya hal itu maka memperkuat pedapat bahwa penyebaran Islam didunia pertuturan bahasa Melayu.[4]

b.            Bahasa Melayu Klasik (abad ke-15)
Kira-kira abad ke-15 tradisi menuliskan pesan atau laporkan diatas batu tampaknya sudah mulai ditinggalka. Dengan berakhirnya masa penulisan diatas batu atau lempengan logam seperti emas dan tembaga, maka sumber sejarah tertulis beralih kelontar atau kertas.
Kedatangan orang-orang Eropa ke Indonesia sedikit banyak menyebarkan pemakaian BAhasa Melayu. Orang-orang portugis yang mula-mula dating ke Indonesia, baik untuk keperluan penyebaran agama maupun untuk keperluan penyebaran agama Katolik. Memakai bahasa Melayu sebagai bahasa perantara pada waktu mereka berhubungan dengan pembesar-pembesar di Indonesia. Bahasa Melayu yang dibawa oleh orang Portugis ke Kepulauan Maluku adalah Bahasa Melayu Malaka. Demikianlah, bahasa Melayu sudah mulai dipakai secara Internasonal dalam arti dipakai sebagai alat komunikasi antara pembesar-pembesar kerajaandi Indonesia dengan orang-orang asing.[5]
c.       Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)
Pengajaran bahasa Melayu disekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat popular bahasa ini.
Di Indonesia, pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra mengantarkan kepepuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahas aIndonesia masa kini menjulukinya “bahsa Melayu Balai Pustaka” atau “bahasa Melayu Van Ophuijsen”[6]. Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan bahsa Melayu dengan huruf latin untuk penggunaan di Hindia-Belanda. Ia juga menjadi penyuting berbagai buku sastra berbintan Balai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, “bahasa Melayu Van Ophuijsen” ini kemudian dikenal luas kalangan orang-orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28 oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, “menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Sejak saat itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Kebangsaan.[7]
Pemeliharaan bahasa Melayu (bahasa Melayu Riau) terjaga akibat luasnya pengguanan bahas aini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda yang pada waktu itu tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa Belanda juga menyebabkan bahasa Melayu menjadi semakin popular.
2.      Bahasa Melayu Riau
Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi dikerajaan Riau, dan bahwa bahasa itu telah dibina oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sedemikian rupa, sehingga menjadi bahasa itu menjadi bak dan indah. Jika zamna Malaka dan Johor dapat dipandnag sebagai tahap penyebaran dan perluasan daerah bahasa Melayu, sehingga berhasil menjadi bahasa yang dominan, maka zaman Raja Ali Haji dalam kerajaan Riau adalah zaman pembinaan Bahasa Melayu.
Untuk pembinaan dan member pembakuan kepada bahasa Melayu Riau. Ali Haji menulis buku Bustamul Katiban tahun 1857, yang isinya mencakup ilmu bahasa dan ejaan. Karena jasa Ali Haji pantas mendapat penghargaan yang semestinya, bukan hanya sekedar pembinaan dibidang tata bahasa saja, usaha Ali Haji diapun membuat semacam kamus yaitu buku pengetahuan bahasa yang oleh Zuber Usman dapat disebut sebagai Ensiklopedia Melayu.
Rupanya dalam zaman kerjaan Riau itu bukan hanya pembinaan bahasa Melayu saja, bahkan pembinaan ilmu pengetahuan lainnya pun tidak diabaikan.[8]
3.      Fungsi Bahasa Melayu
a)      Sebagai Lingua Franca
Sejarah bahasa Melayu sebagai Lingua Franca dimulai pada abad ke-7 Masehi. Perkebembangannya telah dijelaskan diatas mulai dari penemuan-penemuan prasasti, dipakai sebagai bahasa penyebaran agama, saraana perdagangan, sebagai alat komunikasi antara pembesar kerajaan pada masa itu dengan orang asing yang dating ke Indonesia karena bahas Melayu dapat menjadi bahasa Pergaulan antar bangsa-bangsa. Jadi, bahasa Melayu sebagai Ligua Franca ialah dijadikan bahasa penghubung, bahas pergaulan, bahas perantara untuk melakukan komunkasi dizamannya.
b)      Sebagai Bahasa Tertulis
Karya sastra dan Kronik Melayu lainnya seperti hikayat dan catatan-catatan kerajaan, sangat besar perannyadalam memelihara bahasa Melayu. Ketika sebuah bahasa ditulis (bahasa teks), ia relative lebih dapat bertahan lama daripada sekedar dilisankan. Pada zamn kemaharajaan Melayu berpusat di Johor, mislanya Tun Sri Lanang telah menghasilkan sebuah teks monumental Sulalatus Salatin atau Sejarah melayu. Perkembangan bahasa Melayu semakin pesat pada zaman kerajaan Riau-Lingga. Perannya sebagai bahasa tertulis yang tertuang dalam berbagai karya dan pernagkat undang-undang serta hokum ketatanegaraan. Raja Ahmad Engku Haji Tua dan putranya Raja Ali Haji merupakan peletak dasar traisi menulis dikerajaan Riau-Lingga.
Bahasa melayu juga merupakan bahasa yang dipakai oelh para raja dan sultan atau kalangan istana lainnya ketika mengadakan korespondensi (surat menyurat), baik sesame kerjaan Melayu atau antara kerajaan yang berbeda bahasa.
c)      Sebagai Bahasa Pengajaran dan Administrasi
Ketika Belanda mengadakan politik etis yang mengharuskan pejajah itu memberikan pendidikan kepada masyarakat pribumi dinegeri jajahannya, ditemukan kendala dalam hal bahasa. Gubernur Jendral Rochussen kemudian memutuskan memutuskan bahasa Melayu tinggi dialek Riau sebagai bahasa pengantar disekolah-sekolah dan bahsa administasi dalam pemerintahan. Alasannya karena bahasa Melayu sudah menagkar disemua suku bangsa dinusantara lantaran pernah menjadi bahasa pergaulan dibunia perdagangan diseluruh Nusantara sejak lama.
d)     Sebagai Bahasa Perjuangandan Pemersatu
Bahasa Melayu semakin dikenal luas dan menjadi media komunikasi kaum cendikiawan. Puncaknya, pada sumpah pemuda 28 oktober 1928, kaum pergerakan dizamn itu memutuskan bahasa Indonesia (yang berasal dari bahasa Melayu)
 sebagai bahasa persatuan.[9]

B.      BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalh bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudah bersamaan dengan dimulai berlakunya konstitusi di Timur Leste bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.
Meskipun dipahami dan ditutrkan oelh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia dan sebagai bahasa Ibu.[10]
1)      Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya dewasa ini telah berubah arah sampai dengan tahun 60-an bahasa Indonesia berkembang dengan memanfaatkan sumber bahasa Melayu Riau. Perubahan arah itu berhubungan dengan perubahan orientasi sumber pengembangannya karena peranan dari bahasa daerah lain.
2)      Peresmian Nama Bangsa Indonesia
Secara Sosiologi, bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasioanl pada saat sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa bahasa Indonesia awalnya dari bahasa Melayu. Ada factor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa  Indonesia yaitu:
a.       Bahasa Melayu sudah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahsa perdagangan.
b.      System bahasa Melayu sederhana, sudah dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal adanya tingkatan bahasa.
c.       Suku Jawa, suku Sunda dan suku lainnya dengan suka rela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa Nasional.
d.      Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan.
3)      Kedudukan dan Fungsi Bahas Indonesia
a.    Kedudukan bahasa Indonesia
·         Sebagai bahasa Nasional
·         Sebagai bahasa Negara
b.   Fungsi bahasa Indonesia
·         Lambing kebangsaan
·         Lambing identitas nasional
·         Alat penghubung antara waktu, antar daerah dan antar budaya.

C.    PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU KE BAHASA INDONESIA
Bahasa adalah yang terpadu dengan unsure-usur lain didalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama, bahas amerupakan sarana pengungkapan nilai budaya. Pikiran dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Perkembangan kebudayaan Indonesia kearah peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut adanya perkembangan cara berfikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesnaggupan menyatakan isi fikiran secara eksplisit.







[1] Spat, Bahasa Melayu Tata Bahasa Selayang Pandang, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 5
[2] http: // id.wikipidea. org/wiki/bahasa melayu cite-note-sastra 6.
[3] Koerajaningrat, dkk. 2006, Masyarajat Melayu dan Budaya Melayu Dalam Perubahan, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hlm. 92
[4] James T. Collins. Bahasa Melayu Bahasa Dunia, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 12.
[5] E.K.M Masinambaow dan Paul Haenen. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta, 2002). Hlm.21
[7] James T. Collins, Bahasa Melayu Dunia, Pentr. Alma evita Almanar ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia). Hlm. 1
[8] Muchtar Lutfi, dkk. Op. Cit., hlm 806.
[9] Ahmad dahlan, Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014 hal. 490-494
[10] Masinambow,paul Henan. Bahasa Indonesia dan Bahasa Dunia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), hlm.39.

Komentar